FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI:DARI ERA KLASIK HINGGA KONTEMPORER
Synopsis
Filsafat adalah bahan kajian yang umum diajarkan di program studi (prodi) psikologi di Indonesia sebagai pendukung bagi pembelajaran ilmu psikologi. Setiap prodi psikologi memiliki coraknya sendiri-sendiri dalam mengajarkan filsafat untuk psikologi sesuai kebutuhan dan visi dan misi universitasnya. Ada prodi yang menekankan pada aspek filsafat manusianya, ada yang menekankan pada aspek filsafat ilmu pengetahuan dan logika, ada pula yang mengajarkan ilmu filsafat secara umum dan sejarah filsafat mulai dari era klasik hingga post-modern.
Ketika ditugaskan untuk mengampu mata kuliah filsafat di Prodi Psikologi Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma), saya cukup lama menimbang-nimbang, apa yang sebaiknya saya berikan kepada mahasiswa yang notabene berkuliah di perguruan tinggi Muhammadiyah yang memiliki corak keislaman. Saya banyak mengambil pelajaran dari pengalaman belajar saya sendiri. Saat menempuh program sarjana dahulu, saya diberikan materi filsafat secara umum dan saya kurang mampu menangkap relevansinya bagi pembelajaran psikologi saya. Saat menempuh program pascasarjana, saya belajar untuk pertama kalinya filsafat ilmu dan menemukan beberapa manfaat yang bisa diterapkan dalam pembelajaran psikologi, tetapi tentu saja, bahan kajian dalam filsafat ilmu terlalu sulit bagi mahasiswa sarjana yang kebanyakan baru belajar berpikir ilmiah. Selain itu, di periode ini pula pertama kalinya saya berkenalan dengan wacana kritis dalam ilmu psikologi.
Sebelumnya saya menulis buku ajar berjudul Filsafat untuk Psikologi (Unimma Press, 2019) untuk membantu mahasiswa saya. Dalam buku ini, saya menyatukan saripati dalam kajian filsafat umum, filsafat ilmu pengetahuan, filsafat manusia, dan terakhir, filsafat psikologi itu sendiri yang menurut saya banyak dilewatkan orang. Di berbagai prodi yang mengajar disiplin ilmu tertentu, sering kita jumpai misalnya filsafat pendidikan untuk ilmu pendidikan dan keguruan, filsafat olahraga untuk ilmu keolahragaan, filsafat kesehatan untuk ilmu kesehatan, dan sebagainya. Mengapa tidak kita juga mengajarkan filsafat khusus, yakni filsafat psikologi, untuk mahasiswa psikologi kita?
Buku ini saya gunakan selama beberapa tahun hingga tahun 2020 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mencanakan kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM). Menindaklanjuti kebijakan ini, di tahun 2021 Prodi Psikologi Unimma melakukan pemutakhiran kurikulum untuk mengakomodasi MBKM. Salah satu perubahan yang cukup menonjol dalam KPT Psikologi yang baru adalah penajaman High Order Thinking Skillls (HOTS), yakni kemampuan berpikir analitis, evaluasi, dan berkreasi serta penalaran ilmiah untuk mahasiswa. Dari sini saya mendapatkan pemahaman baru bahwa kuliah filsafat sebenarnya adalah sarana yang baik untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan berpikir. Saya mengevaluasi bahwa pembelajaran filsafat selama ini memang cenderung hanya berorientasi pada pengajaran pengetahuan tentang filsafat, belum melatih keterampilan berfilsafat (baca: berpikir ilmiah). Padahal, keterampilan ini sangat diperlukan bagi mahasiswa di abad 21 agar mereka terampil melakukan penalaran ilmiah dan memecahkan masalah.
Atas dasar itulah, saya melakukan perombakan yang cukup besar terhadap buku yang lama menjadi buku yang ada di tangan pembaca dan mahasiswa saat ini, Filsafat untuk Psikologi: Dari Era Klasik hingga Kontemporer. Buku ini dimaksudkan utamanya sebagai buku ajar, tetapi informasi di dalamnya cukup luas untuk dibaca pembaca umum yang ingin mengetahui, seperti apa sih landasan, sejarah, latar belakang kelahiran, dan perkembangan ilmu psikologi?
Meskipun bagi sebagian orang belajar filsafat itu tidak mudah, dalam buku ini saya berusaha memoderasinya agar lebih mudah diterima mahasiswa dan pembaca dengan menambahkan semacam suplemen di bawah tajuk #Vitamind, yang berisi esai pendek, cerita, dan artikel ilmiah populer yang relevan dengan materi yang sedang dibahas di setiap babnya.
Selain itu, yang pula menjadi keunikan buku ini adalah informasi yang disajikan benar-benar saya usahakan mencakup perkembangan psikologi dalam kesatuan kesejarahan. Dalam buku ini, pemahaman tentang manusia dan cikal-bakal psikologi yang dipelajari saat ini dimulai dari Era Klasik hingga kontemporer, meliputi: filsafat manusia yang berkembang di Eropa dan filsafat manusia dalam ilmu jiwa yang berkembang di dunia Islam, serta latar belakang kelahiran psikologi dari Era Renaissance di Barat hingga perkembangannya di era post-modern yang melahirkan psikologi yang berbasis kearifan lokal dan mengintegrasikan filsafat dan teologi Timur.
Pemaparan isi buku ini didesain dalam dua bagian, yaitu:
Bagian 1: Filsafat Ilmu Pengetahuan. Bagian ini membahas dua tema penting, yaitu: ilmu filsafat dan praktik berfilsafat (penalaran ilmiah). Bagian ini terbagi dalam empat bab (Bab 1-4).
Bab 1 memaparkan pokok-pokok dalam filsafat umum, seperti pengertian filsafat dan maknanya, ilmu filsafat dan struktur keilmuannya, dan sejumlah aliran pemikiran dalam filsafat yang akan banyak muncul di bab-bab selanjutnya. Tujuannya, mahasiswa dan pembaca dapat berkenalan terlebih dahulu dengan induk dari semua ilmu pengetahuan, termasuk psikologi, yaitu filsafat.
Bab 2 memaparkan dasar-dasar dalam filsafat ilmu yang meliputi pengertian pengetahuan, kedudukan pengetahuan ilmiah atau sains di antara jenis-jenis pengetahuan lain, metode ilmiah, dan sikap serta etika keilmuan. Tujuannya, mahasiswa dan pembaca memahami karakteristik ilmu pengetahuan, mengingat sejarah ilmu psikologi yang sangat unik (terdapat peralihan yang jelas dari “ilmu jiwa” yang dahulu adalah hasil pemikiran filsafat dan studi keagamaan menjadi sains tentang perilaku dan proses mental manusia).
Bab 3 memaparkan hubungan antara ilmu pengetahuan, filsafat, dan agama. Pembelajaran ilmu pengetahuan khususnya di perguruan tinggi Islam dalam hal ini adalah Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) tidak mendikotomikan antara ilmu pengetahuan dan agama, bahkan berusaha mengintegrasikannya dengan pikiran yang terbuka sekaligus pemikiran kritis. Bagi mahasiswa psikologi yang Muslim, bab ini penting agar ada kesatuan pandangan dalam memahami manusia dan masalah-masalahnya.
Bab 4 memfokuskan diri pada pembelajaran praktik berfilsafat lewat kegiatan penalaran ilmiah. Mahasiswa sering diajak untuk terlibat dalam aktivitas penalaran, tetapi tidak memahami apa sebetulnya menalar itu, apa itu berpikir logis dan analitis? Bab ini tidak hanya menyajikan konsep, tetapi juga strategi menerapkan pemikiran logisdan analitis dalam kegiatan penalaran.
Bagian 2: Filsafat Manusia dan Psikologi. Bagian ini membahas dua tema penting, yaitu: filsafat manusia dan filsafat psikologi. Bagian ini terbagi dalam empat bab (Bab 5-8).
Bab 5 memaparkan secara cukup komprehensif hakikat manusia dari berbagai sudut pandang, yaitu: hasil pemikiran para filsuf Barat dan hasil penyelidikan ilmiah dalam ilmu-ilmu sosial dan humaniora serta perspektif agama Islam tentang manusia dalam Al Quran dan hasil pemikiran filsuf/ ulama Islam klasik. Tujuannya, memberikan mahasiswa dan pembaca pemahaman yang lebih utuh tentang manusia, baik dari dimensi jasmani dan psikologi maupun ruhaninya.
Bab 6 mulai masuk dalam filsafat psikologi, tepatnya pada aspek sejarah dan latar belakang kemunculan psikologi sebagai sains. Ketimbang menceritakan fakta-fakta sejarah dalam timeline psikologi secara kronologis, bab ini memaparkan landasan-landasan kemunculan sains psikologi hingga psikologi menjadi disiplin ilmu sebagaimana yang dipelajari banyak orang saat ini. Landasan psikologi meliputi asumsi-asumsi filosofis yang digunakannya untuk menjadi sains dan kontribusi ilmu fisiologi dalam metodologi riset psikologi di era awal.
Bab 7 masuk lebih dalam lagi pada detail ilmu psikologi, yakni pada keragaman paradigma-paradigmanya tentang manusia. Ketimbang memaparkan teori-teori dalam setiap paradigma yang ada, bab ini memaparkan alasan mengapa paradigma ini muncul dan bagaimana kedudukannya antara satu sama lain. Bab ini mengikuti tren di era kontemporer di mana psikologi didudukkan sebagai bagian dari human sciences, suatu bidang multidisipliner. Hal ini menjawab kebingungan sebagian orang, apakah psikologi itu ilmu alam atau ilmu sosial.
Bab 8, sebagai penutup, memaparkan ke mana ilmu psikologi akan melangkah di masa depan (abad 21). Pembelajaran psikologi kadang masih banyak berorientasi yang terjadi di masa lalu dan kurang mengeksplorasi apa yang mungkin terjadi dan harus diantisipasi dalam perkembangan psikologi di masa depan. Bidang psikologi terapan akan semakin meluas ke area-area di mana persoalan kemanusiaan akan terjadi, seperti yang diakibatkan oleh perubahan teknologi, ekonomi, dan sosial, serta perubahan iklim. Lewat bab ini, mahasiswa dan pembaca diajak untuk membayangkan potensi-potensi psikologi dalam memecahkan masalah-masalah manusia di abad 21.
Mata kuliah filsafat adalah pintu gerbang untuk memasuki dunia psikologi. Buku ini memberikan pengantar agar mahasiswa memiliki gambaran awal dan pemahaman yang sifatnya general terlebih dahulu tentang ilmu psikologi. Membaca buku ini akan menjadi pengalaman membuka jendela dan melihat pemandangan ilmu psikologi dari masa ke masa, dimulai dari masa lalu yang sudah jauh hingga proyeksi ke masa depan. Ketimbang membebani mahasiswa dan pembaca dengan konsep-konsep teoretis, saya berharap dapat memotivasi mahasiswa untuk melanjutkan perjalanan belajar psikologi dan menemukan minat
dan keahlian.
Atas terselesaikannya buku ini, saya mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua saya yang senantiasa mendorong agar buku ini selesai. Terima kasih juga saya sampaikan kepada guru-guru saya di jenjang sarjana dan pascasarjana yang telah mengajarkan saya filsafat dan kontekstualisasinya dalam ilmu psikologi. Terakhir, terima kasih kepada berbagai pihak di Universitas Muhammadiyah Magelang yang telah memfasilitasi penulisan buku ajar bagi setiap dosen. Semoga buku ini bermanfaat dan dapat menambah literatur di bidang psikologi, khususnya filsafat untuk psikologi.